Penyerapan beras lokal minim, Paguyuban Pedagang Beras Temanggung Keluhkan Harga Rendah

- Minggu, 19 Juni 2022 | 20:34 WIB
Paguyuban Pedagang Beras dan Penggilingan Padi
Paguyuban Pedagang Beras dan Penggilingan Padi

WonosoboZone – Belasan anggota Paguyuban Beras dan Penggilingan Padi Kabupaten Temanggung mendatangi Rumah Dinas Wakil Bupati untuk mengadukan nasib mereka saat ini.

Anjloknya penjualan produk beras lokal mereka sejak beberapa tahun terakhir disinyalir menjadi penyebab hal tersebut.

Menurut Ketua Paguyuban Beras dan Penggilingan Padi Kabupaten Temanggung, Arief Mas’ud, audiensi tersebut dimaksudkan untuk meminta kejelasan dari Pemerintah Kabupaten Temanggung masalah proses distribusi beras pada program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang selama ini dinilai hanya dimonopoli oleh suplier tunggal saja.

Baca Juga: Kemenag Akan Cairkan Tunjangan Insetif Guru Madrasah non-PNS mulai Juni

Hal ini kemudian menyebabkan produksi beras lokal tidak terserap secara maksimal lantaran justru beras asal luar daerah seperti Pati, Purworejo, dan Demak yang membanjiri Kabupaten Temanggung.

“Begini, kami hanya ingin mengadukan nasib petani dan produsen beras lokal kepada Pemkab Temanggung. Ini dikarenakan, semenjak ada program BPNT justru beras asal luar daerah yang dibagikan kepada Kelompok Penerima Manfaat atau KPM melalui E-Warung. Bukan berasal lokal, sehingga kami sangat kesulitan untuk memasarkan produk kami di daerah kami sendiri,” jelasnya.

Setidaknya, Arief dan anggota paguyuban lain telah berusaha ingin berpartisipasi dalam pelaksanaan program BPNT dengan menawarkan produk berasnya ke berbagai E-Warung. Namun demikian, pihak E-Warung justru menolaknya dengan dalih sudah ada pihak suplier yang selama ini memasok beras untuk dibagikan kepada KPM.

Baca Juga: Miris, Kasus Kekerasan Seksual Anak Masih Ada di Temanggung

Padahal, harga yang ditawarkan lebih murah dan secara kualitas dan mutu juga diklaim lebih baik dari beras yang diterima oleh KPM selama ini.

“Saya hitung sudah dua tahun sejak program BPNT berjalan, kami pedagang beras lokal kesulitan memasarkan produk kami. Pelanggan yang biasanya beli beras di tempat kami, sekarang sudah tidak membeli lagi karena mereka menjadi KPM yang memperoleh bantuan dari pemerintah melalui E-Warung. Kami sudah coba menawarkan kepada E-Warung tersebut untuk ikut menjual produk beras lokal. Tapi hasilnya mentah karena mereka mengaku sudah ada supliyer yang memasok kebutuhan beras yang akan dibagikan. Mereka juga mengaku terpaksa menolak karena khawatir apabila izin mereka dicabut kalau tidak mengikuti saran pendamping program mengambil beras di supliyer tersebut,” bebernya.

Akibatnya, selain penjualan mereka anjlok hingga 40 sampai 50 persen, harga jual beras mereka jatuh karena tidak dapat bersaing dengan beras yang berasal dari luar daerah.

Baca Juga: Sambut HUT Bhayangkara, Polres Wonosobo Gelar Vaksinasi

Oleh sebab itulah, mereka meminta agar Pemkab Temanggung segera mengambil langkah konkrit sebagai jalan tengah atas masalah yang tengah menghimpit itu.

“Ya sejak dua tahun lalu setelah program BPNT dimulai kami merasakan sekali adanya penurunan penjualan beras lokal. Memang harga sedikit mahal, tapi mutu dan kualitasnya di atas beras luar daerah yang didistribusikan kepada KPM, aromanya wangi. Kami hanya ingin program BPNT berjalan sesuai tujuan pemerintah pusat, yakni memberdayakan masyarakat sekitar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,” desaknya.

Sementara itu, Ismadiyono (62), salah seorang petani asal Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu berharap agar nasib para petani padi lokal segera menemui titik terang. Senada dengan Arief, ia juga mengaku harga gabah mereka anjlok semenjak adanya program BPNT, sekitar 2 tahun belakangan.

Halaman:

Editor: Ilham Ardha Saputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X