WonosoboZone - Pecinta rokok lintingan mungkin tidak asing lagi dengan sebutan mbako garangan. Mbako atau tembakau Garangan merupakan tembakau yang dihasilkan serta diolah dengan cara tradisional yakni digarang atau dipanggang.
Setelah dipanen tembakau tersebut kemudian diolah dengan cara dijemur lalu dipanggang. Mbako garangan sendiri merupakan olahan tembakau khas yang cukup lazim ditemui saat berkunjung ke Wonosobo.
Di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Kalikajar merupakan dua kecamatan yang warganya masih memproduksi mbako garangan.
Baca Juga: Hiburan Baru Para Jones Nih, Rental Pacar Masuk Indonesia
Di Kecamatan Kalikajar terdapat 2 desa yang masih menjadi produsen mbako garangan, yakni Desa Lamuk dan Desa Bowongso. Di Desa Lamuk hanya ada dua dusun yang warganya menjadi petani mbako garangan, yakni Semanding dan Lamuk. Sedangkan di Desa Bowongso hanya dusun Bowongso dan Bakalan.
Dikutip WonosoboZone dari laman Instagram @pesonafmwonosobo, Kepala Desa Lamuk, Zainurrosidi menjelaskan, bahwa proses pembuatan mbako garangan memakan waktu hampir 1 bulan.
Menurutnya usai diolah, mbako garangan yang dijual oleh warga Lamuk untuk langsung dikonsumsi, bukan untuk dijadikan sebagai bahan rokok pabrikan.
Baca Juga: Ketika Evan Sanders Dan keluarga Diteror Iblis Dalam Film Roh Fasik
"Harga jual mbako garangan sekitar Rp 1 juta per rigen untuk kualitas rendah dan sekitar Rp 6 juta untuk kualitas super," terangnya.
Zainurrosidi menyebut, Mbako garangan lebih mahal dari tembakau kering untuk rokok lintingan, bahkan lebih mahal dari rokok kemasan.
Artikel Terkait
DOSEN FAKUKTAS PERTANIAN UNSOED KEMBANGKAN BUDIDAYA PURWACENG BERTEKNOLOGI GREEN HOUSE
Harga Sayur Anjlok, Pemkab Akan Borong Hasil Pertanian Lokal
Program Bangga Bela Beli Produk Pertanian Diharapkan Gairahkan Sektor Pertanian
Pentingnya Sektor Pertanian Di Tengah Masyarakat Agraris
Dorong Sektor Pertanian, Bupati Ingin Satu Desa Satu Produk Unggulan